
FKIP Universitas Pakuan - Nyanyian Diksatrasia, kelompok musikalisasi puisi dari Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP Universitas Pakuan, tampil memukau sebagai salah satu bintang tamu dalam gelaran La Sastra 5 ke-24. Kehadiran mereka kembali membuktikan bahwa musikalisasi puisi mampu menghadirkan pengalaman sastra yang bukan hanya didengar, tetapi juga dirasakan secara mendalam oleh para penikmatnya.
Pada La Sastra tahun ini, Nyanyian Diksatrasia membawakan rangkaian karya yang berangkat dari kekuatan puisi Indonesia. Dengan sentuhan musik yang lembut dan penghayatan yang kuat, mereka mempersembahkan Dengan Puisi Aku karya Taufik Ismail, Derai-Derai karya Chairil Anwar, serta tiga nomor lain bertema kehangatan dan refleksi, yaitu Engkaulah Ibu, Melangitkan Doa, dan Serena. Setiap penampilan mengalir dengan atmosfer yang tenang namun penuh emosi, seolah membuka ruang bagi penonton untuk berhenti sejenak dan menyimak makna di balik setiap bait.
Suasana panggung berubah menjadi lebih intim ketika suara instrumen dan vokal menyatu mengikuti ritme puisi. Dalam momen-momen tertentu, penonton terlihat hanyut dalam alur yang dibangun, menikmati alunan musik sambil membiarkan kata-kata puisi meresap perlahan. Kekuatan musikalisasi puisi memang terletak pada kemampuannya menjembatani teks dengan rasa, dan Nyanyian Diksatrasia berhasil menghadirkan hal itu dengan sangat natural.
Penampilan kali ini diperkuat oleh para anggota yang berasal dari lintas angkatan di PBSI UNPAK. Ngakan Nyoman Yasa H, Cindy Azizah Raya, Haura Alfahira Ranjani, Destra Exstansa Wijaya, Muhammad Rangga Agustian, dan Putri Aisya Mahaelani tampil dengan harmoni yang saling melengkapi. Masing-masing membawa karakter vokal, musikalitas, dan interpretasi puitik yang membuat sajian mereka terasa berbeda dari tahun-tahun sebelumnya.

Keterlibatan mahasiswa dari berbagai semester menunjukkan bahwa Nyanyian Diksatrasia bukan sekadar kelompok penampil, tetapi ruang berkarya yang mempertemukan energi baru dan pengalaman yang sudah matang. Dinamika antargenerasi ini membuat pertunjukan mereka penuh nuansa dan hidup. Walaupun berbeda latar, mereka solid dalam satu irama saat menghidupkan puisi melalui musik.
La Sastra 5 ke-24 memberi ruang penting bagi musikalisasi puisi, dan Nyanyian Diksatrasia menjawab kesempatan itu dengan matang. Mereka tidak hanya tampil sebagai pengisi acara, tetapi juga sebagai pengingat bahwa sastra dapat dinikmati melalui medium kreatif yang lebih luas. Kehadiran mereka menjadi salah satu momen yang dirasakan penonton sebagai angin segar yang memperkaya pengalaman sastra dalam acara tahunan ini.
Dengan tampilnya Nyanyian Diksatrasia sebagai bintang tamu, La Sastra tahun ini terasa semakin berjiwa. Musikalisasi puisi yang mereka bawakan menegaskan bahwa karya sastra Indonesia selalu memiliki ruang untuk disampaikan dengan cara yang segar dan relevan tanpa kehilangan kedalaman maknanya. Penampilan ini sekaligus memperkuat posisi PBSI FKIP UNPAK sebagai rumah bagi kreativitas, ekspresi seni, dan kecintaan pada sastra.
